Tugas 3
Contoh
Kasus:
- Pemilu (pemilihan umum) di Indonesia yang memerlukan CBIS untuk mengembangkan kondisi sistem ke sistem yang diinginkan.
- Perbandingan penggunaan ICT dalam pemilu di berbagai negara
Penerapan
Sistem CBIS dalam pemilu di Indonesia
Sistem
Informasi Berbasis Komputer atau Computer
Based Information System (CBIS)
merupakan sistem pengolahan suatu data menjadi sebuah informasi yang
berkualitas dan dapat dipergunakan sebagai alat bantu yang mendukung
pengambilan keputusan, koordinasi dan kendali serta visualisasi dan
analisis. Beberapa istilah yang terkait dengan CBIS antara lain
adalah data, informasi, sistem, sistem informasi dan basis
komputer. (yulid,
2011)
Dalam
pengembangan sistem CBIS kali ini, saya mengambil kasus yaitu
berkaitan dengan Pemilu di Indonesia khususnya sistem pemungutan
suara, perhitungan, serta pengarsipan data berbasis teknologi
informasi.
Pemilu merupakan proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa.
Pemilu dilakukan dengan melakukan pemungutan suara yang dilakukan di tiap-tiap TPS (tempat pemungutan suara) dimana masyarakat sebagai pemilih yang memberikan hak suara untuk memilih calon pemimpin atau calon pejabat negara.
Dalam
pengembangan sistem , pemilu membutuhkan CBIS dalam pelaksanaannya,
yakni untuk penghematan waktu (time saving), penghematan biaya (cost
saving), peningkatan efektivitas (effectiveness), pengembangan
teknologi (technology development), pengembangan personel akuntansi
(accounting staff development).
Dalam
tatanan kehidupan berdemokrasi di suatu negara, setiap warganya tentu
memiliki keberagaman sikap dalam penyampaian pendapat guna penyaluran
aspirasinya kepada suatu lembaga legislatif yang konstitusional.
Bentuk konkrit dan yang sering kita jumpai adalah dalam pemilihan
umum, misalnya untuk memilih Walikota dan wakilnya. Sistem pemilihan
umum yang selama ini kita gunakan masih terdapat beberapa kelemahan
dan kekurangan yang harus diminimalkan.
Beberapa
kelemahan dan kekurangan yang sering kita jumpai dalam pemilu antara
lain :
- Dibutuhkan waktu yang lama dalam penghitungan suara di suatu daerah yang nantinya data jumlah suara tersebut akan dikirim ke pusat untuk dilakukakan penghitungan jumlah keseluruhan suara yang masuk dalam pemilihan,
- SDM ( Sumber Daya Manusia ) sebagai petugas penghitung suara menjadi lebih sulit karena penghitungan dilakukan secara manual dan satu per satu,
- Adanya masalah kerusakan ( Robek ) Surat Suara karena kesalahan prosedur pemilihan yang dilakukan oleh Pemilih yang menyebabkan suara tidak sah dan merugikan baik dari pihak pemilih karena aspirasinya tidak tersalurkan maupun dari pihak calon Walikota dan Wakilnya karena suara yang seharusnya masuk untuk mendukung calon Walikota dan Wakilnya tersebut tidak ikut terhitung karena rusak ( tidak sah ).
Di
lansir dalam website detik.com, pada pemilu 2014 Komisi
Pemilihan Umum (KPU) telah menyiapkan 9
sistem teknologi informasi hanya sebagai penunjang proses
pemilu. karena dalam penentuan perhitungan suara adalah
penghitungan berjenjang secara manual.
Ada
9 sistem teknologi informasi sebagai penunjang pemilu, antara lain :
- Sipol (Sistem Informasi Partai Politik)
- Sidapil (Sistem Informasi Daerah Pemilih)
- Sidalih (Sistem Informasi Daftar Pemilih)
- Silon (Sistem Informasi Pencalonan)
- Silogdis (Sistem Informasi Logistik dan Distribusi)
- Situng (Sistem Informasi Penghitungan Suara)
Kemudian
3 lainnya adalah Sistem Informasi Arsip Digital, Sistem Informasi
Kepegawaian dan Penyelenggara Pemilu, dan Sistem Informasi Manajemen
tentang arsip dan barang atau Simak BMN.
Pembentukan
sistem teknologi informasi ini bekerja sama dengan BPPT untuk
mereview sistem tersebut sebelum digunakan secara resmi oleh KPU.
Sistem Informasi yang disiapkan adalah software. Sistem ini dibuat
dengan harapan dapat membantu proses pemilu menjadi lebih cepat dan
data pemilih bisa terekam secara akurat dan kompeherensif.
Penulis
: Putri Masturina
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum
http://eprints.dinus.ac.id/5273/1/14187.pdf
https://arsy22.blogspot.co.id/2016/09/peranan-cbis-dalam-sebuah-organisasi.html
https://news.detik.com/berita/2227503/ini-9-sistem-teknologi-informasi-milik-kpu-penunjang-pemilu-2014
Perbandingan
Penggunaan ICT dalam Pemilu di Berbagai Negara.
Kali
ini saya ingin membahas model penggunaan teknologi informasi (ICT)
yang mungkin diterapkan pada sebuah penyelenggaraan pemilu di setiap
tahapannya, serta contoh kasus penggunaannya di setiap negara. Salah
satu model penggunaan teknologi informasi pada pemilu berikut ini
dikenal dengan istilah e-voting.
Jika di indonesia pemungutan suara masih dilakukan secara manual, di
berbagai negara di dunia telah menerapkan pemilu berbasis ICT yaitu
dengan E-voting.
Alasan Penggunaan ICT Di Dalam Pemilu, Antara Lain:
TransparencySebagian negara menerapkan ICT dengan maksud untuk meningkatkan transparansi penyelenggaraan pemilu, sebagian juga berpendapat bahwa tidak harus semua aspek dari pemilu harus diketahui oleh umum misal dalam hal voting.
Efficiency
Penggunaan
ICT adalah murah, e-voting
= penghematan apakah
anda setuju ? kesimpulan nya, jika model pemilu dalam sebuah
negara tidak berubah-ubah (misal : jumlah calon, cara memberikan
tanda, dll) dan ICT bisa digunakan multi years, dan penyimpanan
(warehousing) sudah baik dan memadai mungkin benar bahwa ICT dapat
menghemat pengeluaran negara, tidak terlepas bahwa investasi tetap
mahal.
Inclusiveness
Penggunaan
ICT dalam setiap tahapan pemilu setidaknya dapat menyelesaikan
beberapa permasalah dalam pemilu secara bersamaan, sebagai contoh
penggunaan e-voting atau alat penghitung suara di TPS setidaknya
harus dapat mempersingkat waktu penghitungan serta menyederhanakan
pendistribusian hasil ke tingkat pusat (kpud).
Voter Convenience
Tujuan
utama dari setiap inovasi adalah membuat pemilih (customer) merasa
nyaman, penggunaan ICT namun terkesan mempersulit sebagian atau
seluruh pemilih atau stakeholder lain seperti partai, sebaiknya
dihindari atau dievaluasi.
Accuracy
Penggunaan
ICT dibidang pemilu akan meningkatan ke akuratan hasil serta
akuntabilitas, meniadakan atau memperkecil interaksi antar manusia
didalam sistem dapat menurunkan tingkat penyelewengan data.
Multilingual
Hal
ini sangat cocok sekali dengan kondisi Indonesia yang memiliki banyak
sekali bahasa daerah, ICT dapat menyelesaikan permasalah 'roaming'
bahasa, dengan penggunaan teknologi informasi pemilih (stakeholder)
yang kurang nyaman menggunakan bahasa indonesia(standard) dapat
mengganti dengan bahawa lain dimana mereka merasa nyaman terhadapnya.
contoh kasus : WNA.
Beberapa
negara yang telah diklasifikasikan menurut tingkat penggunaan ICT di
hari pemungutan suara (e-voting dan counting) :
Level
Penggunaan ICT Di Beberapa Negara
|
I-Voting Di Negara Estonia
Salah
satu negara yang melakukan inovasi terdepan dalam bidang pemilu
adalah estonia, bukan lagi menggunakan embeded divice di TPS namun
bahkan bisa dilakukan melalui PC kita dirumah dan di kantor melalui
Internet. Sedikit pembahasan mengenai i-voting yang ada di estonia,
dalam pemilu terakhir estonia memiliki jumlah pemilih
sekitar 899.793 dengan
tingkat partisipasi 64.2% (lebih
rendah dari tingkat partisipasi di pileg tahun 2014), pemilih harus
mendownload aplikasi melalui website KPU estonia, kemudian
memverifikasi ID melalui HP atau email, setelah mendapatkan ID
pemilih maka pemilih dapat memberikan suaranya melalui website resmi
KPU estonia, Pemerintah estonia meng-klaim bahwa semua data yang
dikirim ke server KPU estonia telah di enkripsi dan aman dari
gangguan peretas, dan kunci (enkripsi) hanya dapat dibuka oleh KPU
estonia.
Tren Penggunaan ICT Pada Pemilu Amerika
Berbicara mengenai
implementasi ICT mari kita lihat tren yang terjadi pada pemilu di
Amerika, sebagai gambaran, Amerika saat ini menggunakan beberapa
model pemberian suara ada yang menggunakan e-voting, ada yang
menggunaka punch mechines (seperti mesin pelobang kertas), ada juga
yang menggunakan kertas dengan memberikan tanda, hampir disetiap
negara bagian memiliki aturan sendiri dan aturan tersebut sangat
mempengaruhi model apa yang bisa implementasikan di negara bagian
tersebut.
Bagaimana Jika Model ICT Di Terapkan Dalam Pemilu Indonesia?
Kapan
sebaiknya model ICT di terapkan dalam tahapan kepemiluan kita
? pertanyaan ini
akan menghasilkan jawaban yang bermacam-macam tergantung kepada siapa
kita bertanya. Namun, apabila hal berikut sudah dapat dijawab
oleh stakeholder kita,
itulah saat yang tepat ICT diimplementasi di pemilu kita.
- Pada saat, semua masalah telah dipetakan dan diidentifiaksi.
- Pada saat, ICT benar-benar diharapkan dapat menyelesaikan masalah.
- Pada saat, semua stakeholder (KPU, DPR, Pemerintah, Masyarakat) telah sepakat, mungkin perlu dilakukan uji publik.
- Pada saat, telah dilakukan kajian fisik dan finansial.
Persiapan
sebelum implementasi ICT dalam pemilu
- Model seperti apa yang akan dipakai, dan tahap mana yang akan dipakai. apakah akan menggunakan model full atau setengah mesin dan setengah manusia.
- Lakukan sebuah uji petik.
- Lakukan secara bersama-sama diseluruh wilayah dengan tipikal geografi dan latar belakan masyarakat yang berbeda.
- Tentukan mekanisme backup, apabila memungkinkan secara manual, pada saat terjadi bencana
Source:
http://www.hompimpa.id/2017/05/ICT-Pemilu.html
Komentar
Posting Komentar